Ribuan pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel telah hilang sejak adanya kampanye penangkapan massal oleh Israel. Dikutip dari Aljazeera , aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini beberapa pekerja tersebut ditahan secara ilegal di fasilitas militer di Tepi Barat yang tengah diduduki, menyusul adanya pencabutan izin bekerja bagi warga Gaza di Israel. Aktivis HAM mengatakan hingga saat ini pemerintah Israel enggan untuk merilis para pekerja asal Gaza yang disebut telah ditahan secara ilegal.
Sebagai informasi, sejak pasukan bersenjata Palestina, Hamas menyerang Israel secara mendadak pada 7 Oktober 2023 lalu, ada sekitar 18.500 penduduk Gaza memiliki izin untuk bekerja di luar tempat tinggalnya seperti israel. Hanya saja, ketika perang antara Hamas dan Israel berlangsung, belum diketahui jumlah pasti terkait pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel. Namun, aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini ada ribuan pekerja asal Gaza yang ditangkap tentara Israel dan dikurung di lokasi yang tidak diketahui.
Salah satu pekerja asal Gaza, Walid mengungkapkan pada 8 Oktober 2023 lalu, dirinya ditangkap ketika hendak berangkat bekerja dan ditahan di sebuah fasilitas di kawasan Almon atau Anatot. Terkini Survei Elektabilitas Capres, Pertarungan Sengit Prabowo, Anies dan Ganjar di Jakarta Banten Survei Elektabilitas Capres di Pulau Besar Indonesia, Prabowo Gibran Unggul, Bakal Satu Putaran?
Man City Bisa Dilarang Tampil di Liga Champions, Skenario Mimpi Buruk Makin Dekat, Efek Girona Muncul Seruan Salam 4 Jari di Pemilu 2024, TKN Prabowo Gibran: Bentuk Kepanikan Kedua Kubu Kunci Jawaban PKN Kelas 10 Halaman 138 Kurikulum Merdeka, Suku di Indonesia Halaman all
Gerakan Salam 4 Jari Viral Jelang Pencoblosan, Peluang Kubu Anies dan Ganjar Bersatu Lawan Prabowo Atikoh Ganjar Ajak Warga Jombang Cegah Kecurangan dan Jangan Takut Intimidasi Kunci Jawaban PAI Kelas 8 Kurikulum Merdeka Halaman 158 161: Soal Pilihan Ganda Halaman 4
Kawasan tersebut merupakan bekas kota Anata di Palestina yang dikuasai Israel ketika menyerang Yerusalem Timur. Organisasi HAM mengungkapkan fasilitas di kawasan tersebut kerap digunakan pemerintah Israel untuk menahan ratusan pekerja dalam penahanan sewenang wenang dan merupakan tindakan yang melanggar hukum internasional. Walid mengatakan ditahan selama tiga hari di sebuah tempat seperti penjara tetapi tanpa adanya atap.
Selain itu, Walid juga mengaku tidak diberi makan, air, dan akses ke toilet selama ditahan. Kemudian, dia mengaku dipindah ke sebuah lahan seluas sekitar 300 meter persegi ketika di saat yang bersamaan, dirinya bertemua ratusan buruh tengah berada di sebuah bilik toilet kimia. Namun, saat Walid berinisiatif untuk menghubungi Palang Merah, dia justru dikecam dan dipukuli oleh tentara.
Walid baru dibebaskan tentara Israel ketika dipastikan dirinya adalah penduduk Tepi Barat meski lahir di Gaza. Terpisah, Direktur Eksekutif organisasi HAM di Israel bernama HaMoked, Jessica Montell, mengungkapkan pihaknya telah menerima ratusan panggilan telepon dari keluarga yang anggotanya bekerja di Israel. "Saya telah menerima ratusan panggilan telepon dari anggota keluarga dari orang yang bekerja di Israel ketika serangan Hamas ke Israel terjadi (pada 7 Oktober 2023 lalu)," kata Montell.
Sejauh ini, kata Montell, lebih dari 400 keluarga dan teman dari orang yang dianggap hilang itu telah diurus oleh pihaknya. Montell mengatakan pihaknya masih mencoba melacak orang orang yang dinyatakan hilang tersebut. Namun, panggilan telepon dari warga Gaza kini semakin jarang lantaran saluran komunikasi yang terputus.
Alhasil, Montell mengatakan pihaknya secara terus menerus mengirimkan nama nama pekerja asal Gaza yang hilang ke pemerintah Israel. "Militer Israel semestinya menginformasikan kepada kita dalam waktu 24 jam terkait siapa yang mereka tahan dan dimana lokasi penahanan tersebut." "Namun bagi semua warga Gaza, mereka (militer Israel) mengatakan kepada kami bahwa mereka bukanlah pihak yang berhak untuk memberikan bantuan," katanya.
Di sisi lain, enam organisasi lokal termasuk HaMoked, membuat petisi kepada Mahkamah Agung Israel untuk mengungkap nama dan lokasi rincian pekerja Gaza yang diduga ditahan secara ilegal tersebut untuk mengetahui pasti kondisi mereka. Masih dikutip dari Aljazeera, Kementerian Pekerja Palestina mengungkapkan ada sekitar 4.500 pekerja yang belum ditemukan dan diyakini telah ditahan oleh pasukan Israel. Media Israel, N12 melaporkan 4.000 warga Gaza tengah diinterograsi di fasilitas penahanan Israel atas kemungkinan keterlibatana dalam serangan pada 7 Oktober 2023 lalu.
Selain pekerja dari Gaza, organisasi bernama Masyarakat Tahanan Palestina mengungkapkan ada 1.450 warga Palestina di Tepi Barat yang juga ditahan sejak 7 Oktober 2023 lalu. Kemudian, pada 18 Oktober 2023, parlemen Israel atau Knesset justru menyetujui rencana sementara terkait pencabutan hak tahanan Palestina atas sel seluas 4,5 meter agar diisi tahanan dua kali lebih banyak. Sementara, menurut organisasi HAM Physicians for Human Rights Israel (PHRI), pihak berwenang turut memutus akses terhadap pasokan listrik dan air, memabtasi jumlah makanan per hari, membatasi tahanan di sel, dan mencegah akses ke klinik medis, serta membatasi kunjungan kuasa hukum dari tahanan dan pejabat lainnya.
Hingga kini, disebut sudah ada dua tahanan dinyatakan tewas saat ditahanan sejak perang terjadi.