Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Deni Ridwan menyampaikan hasil lelang obligasi atau surat utang negara (SUN) pada Selasa (19/9/2023) yang masuk sebesar Rp28,79 triliun. Menurutnya, investor masih bersikap wait and see atas keputusan kebijakan tingkat suku bunga The Fed pada FOMC meeting minggu ini. Rilis data ekonomi Tiongkok yang cukup positif dan indikasi kenaikan suku bunga ECB (Bank Sentral Eropa) yang telah mencapai atau mendekati akhir menjadi sentimen positif pada lelang SUN hari ini.
Sejalan dengan kenaikan total incoming bids, jumlah penawaran yang masuk dari investor asing pada lelang SUN hari ini juga meningkat menjadi Rp2,08 triliun dari Rp1,69 triliun pada lelang SUN sebelumnya. “Mayoritas minat investor asing tersebut berada pada SUN bertenor menengah panjang yaitu 5 dan 11 tahun dengan jumlah penawaran yang masuk untuk kedua tenor tersebut adalah sebesar Rp1,49 triliun atau 72,77 persen dari total incoming bids investor asing dan dimenangkan sebesar Rp0,59 triliun atau 3,8 persen dari total awarded bids,” papar Deni. Demikian halnya dengan minat keseluruhan investor masih dominan pada seri SUN bertenor menengah panjang.
Masih Dibuka, Lowongan Kerja BUMN PT Kliring Berjangka Indonesia, Ada 3 Posisi Info Lowongan Kerja BUMN PT Bina Karya, Ada Banyak Posisi Dibuka Lowongan Kerja BUMN PT Bina Karya Oktober 2021, Ada Puluhan Posisi
Lowongan Kerja BUMN PT Nindya Karya November 2021, Ada Banyak Posisi Bela Virgoun yang Ngotot Penjarakan Inara Rusli, Febby Carol Singgung Aib: Maunya Menang Sendiri Halaman 3 Lowongan Kerja BUMN PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) Oktober 2021
Terakhir Besok, Lowongan Kerja BUMN PT Jasa Marga November 2021 Bu Kades Ngamuk Ayam Rp4,5 Juta Dicuri, Mbah Suyatno Tempuh Jalur Hukum: Diberi Rp1 M Pun Tak Kuakui Halaman 4 Terutama seri SUN tenor 5 dan 11 tahun dengan jumlah penawaran yang masuk untuk kedua seri tersebut mencapai Rp15,9 triliun atau 55,22 persen dari total incoming bids, dan dimenangkan sebesar Rp9,65 triliun atau 61,0 persen dari total awarded bids.
Deni menjelaskan Weighted Average Yield (WAY) pada lelang SUN hari ini bergerak naik antara 3 sampai dengan 4 bps apabila dibandingkan dengan level yield pasar sekunder pada penutupan sehari sebelumnya. Hal ini sejalan dengan volatilitas pasar keuangan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Pemerintah memutuskan untuk memenangkan sebesar Rp15,8 triliun pada lelang SUN hari ini, dengan mempertimbangkan yield SBN yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2023, dan kondisi APBN terkini.
“Sesuai dengan kalender penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) tahun 2023, lelang penerbitan SUN selanjutnya akan dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2023,” pungkasnya. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah melakukan lelang Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah. Lelang ini dilakukan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2023.
Pelaksanaan lelang dilakukan berdasarkan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.08/2019 dan dan/atau Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.02/2020. Adapun lelang SUN ini akan digelar pada Selasa (19/9/2023) dan setelmen pada Kamis (21/9/2023) dengan target indikatif sebesar Rp14 triliun dan target maksimal sebesar Rp21 triliun. Ada 7 seri SUN yang akan dilelang antara lain SPN03231220 (New issuance) jatuh tempo pada 20 Desember 2023, SPN12240919 (New issuance ) jatuh tempo pada 19 September 2024, FR0095 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Agustus 2028, FR0100 (New Issuance) jatuh tempo pada 15 Februari 2034, FR0098 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Juni 2038, FR0097 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Juni 2043, FR0089 (Reopening) jatuh tempo pada 15 Agustus 2051.
Alokasi Pembelian Non Kompetitif untuk seri SPN03231220 dan SPN12240919 maksimal 50 persen dari yang dimenangkan, sedangkan seri yang lain 30 persen dari yang dimenangkan. Sementara peserta lelang yang mengikuti lelang ini, antara lain dealer utama Citibank N.A., Deutsche Bank AG, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank Central Asia, Tbk., PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., PT Bank Maybank Indonesia, Tbk., PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk., PT Bank OCBC NISP, Tbk., PT Bank Panin, Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Selanjutnya, PT Bank Permata, Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank ANZ Indonesia., Standard Chartered Bank, JP Morgan Chase Bank N.A., PT. BRI Danareksa Sekuritas, PT. Mandiri Sekuritas, PT. Trimegah Sekuritas Indonesia, Tbk, Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia.
Analis pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan negara China masih mendominasi dalam pembelian obligasi negara atau Surat Utang Negara (SUN). Menurutnya, kekuatan China tidak perlu diragukan bukan hanya di pasar domestik tetapi juga global. Ibrahim menjelaskan China menguasai 60 persen obligasi negara Amerika Serikat.
Demikian juga obligasi China yang mendominasi 70 persen negara Uni Eropa. “Jadi bagaimana pun juga ekonomi China nomor satu apalagi di Indonesia dengan berbagai investasi yang ditanamkan mulai dari Kereta Cepat Jakarta Bandung, infrastruktur, hingga smelter,” tutur Ibrahim. Dia mencontohkan bagaimana industri perfilman Hollywood yang selalu melibatkan kultur China.
Hal itu sebagai gambaran bahwa negeri bambu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Amerika. “Artinya bahwa perfilman Amerika juga investornya datang dari China walaupun sedang terjadi perlambatan di suplai properti mereka,” imbuhnya. Menurutnya, obligasi menjadi sangat menarik karena berbarengan dengan tahun politik.
Pemerintah Indonesia selalu memastikan bahwa pemilu pilpres di tahun 2024 tidak akan menakutkan seperti tahun sebelumnya. “Karena kita melihat calon calon presiden sudah berbeda dibandingkan periode sebelumnya di mana terjadi chaos , ini otomatis membuat investor tertarik ikut dalam lelang obligasi dengan bunga relatif lebih tinggi,” kata Ibrahim. Yield obligasi yang tinggi membuat investor berminat membeli lelang apalagi dibandingkan obligasi asing, Indonesia masih terbilang tinggi suku bunganya.
“Ini yang menjadi salah satu selera tersendiri, obligasi Indonesia dibanding Amerika pun masih lebih tinggi kita ditambah kondusifitas politik yang stabil,” terangnya.