PBB: Pekerja Bantuan Gaza dan 70 Anggota Keluarga besarnya Tewas akibat Serangan Udara Israel

Serangan udara Israel menewaskan lebih dari 70 anggota keluarga besar termasuk seorang pekerja bantuan PBB. Seorang pekerja yang tewas akibat serangan udara Israel tersebut adalah Issam al Mughrabi (56). Sang istri, kelima anaknya dan pilihan kerabat lainnya juga meninggal dunia akibat pemboman di dekat kota Gaza.

"Hilangnya Issam dan keluarganya sangat mempengaruhi kita semua," kata administrator UNDP Achim Steiner, dikutip dari The Guardian. Menurutnya, PBB dan warga sipil bukan merupakan target mereka. “PBB dan warga sipil di Gaza bukanlah target," katanya.

Ia juga mendesak segera adanya gencatan senjata di Gaza. Jadwal Tahapan OSN Terbaru Tahun 2024 Mulai dari Tingkat Sekolah, Kabupaten, Propinsi dan Nasional PT Damri Buka Lowongan Kerja 2024 Terbaru, Tamatan SMA/SMK Bisa Langsung Jadi Pegawai BUMN

Berita Populer Sulawesi Utara Senin 29 Januari 2024: Harga Rica Turun, 2 Mobil Kecelakaan di Minut Berlayar ke Pelabuhan Raha, Cek Jadwal Kapal KFC Jetliner Terbaru Januari Februari 2024 Kunci Jawaban PKN Kelas 10 Halaman 138 Kurikulum Merdeka, Suku di Indonesia Halaman all

KTM Masih Dilema soal Jatah Wildcard untuk Dani Pedrosa & Pol Espargaro di MotoGP 2024 Harga HP Samsung A73 5G Terbaru Januari 2024 Hp Spek Gahar Kian Terjangkau, Masih Worth It Dibeli? Kunci Jawaban PAI Kelas 8 Kurikulum Merdeka Halaman 158 161: Soal Pilihan Ganda Halaman 4

"Perang ini harus diakhiri. Tidak ada lagi keluarga yang harus menanggung rasa sakit dan penderitaan yang dialami keluarga Issam dan banyak orang lainnya," jelasnya. Sekretaris Jenderal PBB, Antonie Gueterres mengatakan jumlah korban ini merupakan jumlah terbanyak dalam sejarah PBB. "Rata rata, satu atau dua pegawai PBB terbunuh di Gaza setiap hari akibat agresi Israel – totalnya lebih dari 130 orang. Jumlah korban tersebut belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah PBB,” kata Antonio Gueterres, dikutip dari Al Maydeen.

Guterres memperingatkan bahwa memfasilitasi lebih banyak pasokan melintasi perbatasan ke Gaza hanyalah tahap awal dalam menghindari risiko kelaparan dan epidemi mematikan. “Banyak orang mengukur efektivitas operasi kemanusiaan di Gaza berdasarkan jumlah truk dari Bulan Sabit Merah Mesir, PBB dan mitra kami yang diizinkan menurunkan bantuan melintasi perbatasan,” kata Guterres. Ia mengatakan memastikan distribusi bantuan yang efektif di Gaza juga sama pentingnya.

Di bagian lain dalam sambutannya, ia mencatat bahwa keberhasilan operasi bantuan di Gaza memerlukan keamanan, staf yang bekerja di lingkungan yang aman, kemampuan logistik, dan dimulainya kembali aktivitas komersial yang semuanya saat ini masih kurang. Selain masalah logistik, yang jadi masalah utama lainnya adalah keterbatasan kapasitas kendaraan untuk pengiriman. “Kami sendiri memiliki jumlah truk yang terbatas dan tidak mencukupi untuk melakukan hal ini,” kata Guterres.

Ia mengaku banyak truk bantuan yang mengalami kerusakan. “Banyak kendaraan dan truk kami hancur atau tertinggal setelah kami melakukan evakuasi paksa dan tergesa gesa dari utara, namun pihak berwenang Israel tidak mengizinkan truk tambahan beroperasi di Gaza." "Hal ini sangat menghambat operasi bantuan,” tambahnya.

Guterres menekankan bahwa gencatan senjata kemanusiaan adalah satu satunya cara untuk memberikan bantuan dalam jumlah besar yang dapat memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat di Gaza.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *