Pelaku Penembakan di Mal Thailand Derita Gangguan Mental dan Hadapi 5 Dakwaan Serius

Pelaku Penembakan di Mal Thailand Derita Gangguan Mental dan Hadapi 5 Dakwaan Serius

Pihak kepolisian Thailand mengatakan, pelaku penembakan di mal Siam Paragon, Bangkok ternyata memiliki gangguan mental. Saat melakukan aksinya, pelaku yang berusia 14 tahun itu ternyata tidak meminum obat yang diresepkan. Pihak penyelidik saat ini tengah berencana untuk menyelidiki latar belakang bocah tersebut, dan berencana untuk berbicara dengan teman temannya.

"Kami harus menyelidiki tersangka apakah dia pernah melakukan kekerasan dan agresif sebelumnya," kata Kepala Polisi Jenderal Torsak Sukvimol, dikutip dari CNA . "Tersangka mengalami gangguan psikologis dan cocok dengan profil penembak aktif," lanjut Torsak. Menurut Torsak, bocah tersebut mengatakan dirinya telah mendengar sesuatu seperti suara yang menyuruhnya untuk menembak.

"Awalnya saya berbicara dengannya untuk menenangkannya." Jelang Pencoblosan Elektabilitas Paslon Berubah, Berikut Hasil Survei Capres 2024 Terbaru Hasil Survei Capres 2024 Terbaru Hari Ini, Jelang Pencoblosan Elektabilitas Beda Tipis di Jawa Timur

Man City Bisa Dilarang Tampil di Liga Champions, Skenario Mimpi Buruk Makin Dekat, Efek Girona Ramai WhatsApp Hack, Hati hati Pilih Cara Sadap WA, Cek Isi Chat WhatsApp dan Tips Amannya RESPONS Seniman Butet Dilaporkan Relawan Projo: Kata Kata Binatang yang mana? Apa Sebut Nama Jokowi? Halaman 3

Elektabilitas Capres 14 Hari Jelang Pemilu dari Sumatera hingga Papua, Anies Vs Prabowo Vs Ganjar Cara Sadap WA Tanpa Scan Barcode 2024, Sadap Whatsapp Tanpa Sentuh HP Bisa Bongkar Isi Chat Pasangan Kunci Jawaban PAI Kelas 8 Kurikulum Merdeka Halaman 158 161: Soal Pilihan Ganda Halaman all

"Dia sepertinya mendengar seseorang berbicara kepadanya, dia mendengar sesuatu, ada suara yang katanya menyuruhnya untuk menembak," ungkap Torsak. Pelaku penembakan di mal Siam Paragon ini bakal menghadapi lima dakwaan terkait aksinya. Komandan Polisi Daerah 6, Mayjen Pol Nakarin Sukonthawit membeberkan dakwaan terhadap pelaku.

Kelima dakwaan tersebut, yaitu membunuh orang lain dengan direncanakan terlebih dahulu; percobaan pembunuhan; kepemilikan senjata api tanpa izin; membawa senjata api ke kota, desa, atau tempat umum tanpa izin; dan menembakan senjata api di kota, desa, atau tempat umum tanpa izin. Dikutip dari sanook , orang tua pelaku mengaku tidak mengetahui dari mana putranya itu memiliki senjata api. "Saya belum tahu semua barang tersebut dari mana. Karena ia merupakan anak laki laki seperti biasa," kata orang tua pelaku.

Diketahui pihak kepolisian telah menyita sebanyak 10 barang bukti berupa: 1. 7 selongsong peluru kaliber .22 yang ditembakkan. 2. Tiga butir peluru kaliber 5,56 terdapat bekas pin tembak.

3. 1 butir amunisi kaliber .45. 4. Selongsong peluru senapan, tembakan, 5 selongsong. 5. 2 selongsong peluru kaliber .357 ditembakkan.

6. 1 selongsong senjata 9 mm, ditembakkan. 7. Peluru 9 mm, siap pakai, 49 butir peluru. 8. 1 pistol BB

9. Majalah modifikasi, 1 buah 10. Lembar target pemotretan kertas (sasaran airsoft) 1 lembar Penembakan massal memang jarang terjadi di Thailand, meski kekerasan senjata dan kepemilikan senjata merupakan hal yang biasa.

Aturan mengenai kepemilikan sangat ketat, namun senjata api dapat dimodifikasi dan diperoleh secara ilegal, banyak yang diselundupkan dari luar negeri. Kekerasan itu terjadi tiga hari setelah peringatan pertama kematian 35 orang, termasuk 22 anak anak di taman kanak kanak di kota timur laut Thailand, dalam serangan senjata dan pisau selama berjam jam yang dilakukan oleh seorang mantan polisi yang kemudian menembak dirinya sendiri hingga tewas. Dikutip dari CNA , di tahun 2020, seorang tentara menembak dan membunuh sedikitnya 29 orang dan melukai 57 lainnya dalam amukan yang terjadi di empat lokasi di sekitar kota timur laut Nakhon Ratchasima.

Penembakan terbaru ini terjadi ketika pemerintah baru berusaha menstimulasi perekonomian yang terpuruk dengan meningkatkan kedatangan wisatawan di salah satu tempat wisata paling populer di Asia, termasuk dengan menawarkan akses bebas visa kepada warga negara Tiongkok. Dinobatkan sebagai tempat yang paling banyak difoto di dunia oleh Instagram pada tahun 2013, Siam Paragon adalah mal paling terkenal di Thailand, menarik banyak pembeli domestik dan asing setiap hari ke toko toko kelas atas, akuarium, bioskop, dan tempat makan di food court. Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin menyampaikan belasungkawa atas kematian tersebut dalam pidato pembukaan di acara teknologi yang diselenggarakan oleh Siam Paragon, yang dibuka kembali untuk bisnis pada hari Rabu.

Tiongkok adalah pasar penting bagi industri pariwisata Thailand, menyumbang seperempat dari rekor jumlah pengunjung yang mencapai hampir 40 juta orang pada tahun 2019 sebelum pandemi. Kedutaan Besar Tiongkok di Bangkok menyatakan penyesalannya atas insiden tersebut. Pihaknya mengatakan Srettha telah memanggil duta besarnya untuk memberikan jaminan penyelidikan menyeluruh.

Selain itu, pemanggilan ini untuk "memperkuat manajemen keselamatan publik guna menawarkan lingkungan yang dapat diandalkan dan aman bagi orang orang Tiongkok yang bepergian ke Thailand".